Recent Posts

Wednesday, 18 May 2016

Unknown

Antara Popularitas dan Pencitraan Ridwan Kamil



Bulan  Juni 2013 menjadi bulan yang bersejarah bagi Kota Bandung. Tampuk pemerintahan Kota Bandung beralih dari Dada Rosada yang masa pemerintahannya habis kepada Ridwan Kamil yang telah terpilih secara demokratis. Saat itu Ridwan Kamil berpasangan dengan Oded M Danial dan berhasil menyingkirkan tujuh pasangan lain dengan perolehan suara sebesar 434.130 suara atau 45,24 persen.

Dari riset Jaringan Suara Indonesia (JSI) yang dikutip dari tempo, faktor kemenangan pasangan Ridwan Kamil dan Oded M Danial adalah lewat sosialisasi dengan dukungan banyak relawan hingga popularitasnya bisa melesat. Dampak sosialisasi melalui twitter juga turut memberikan berpengaruh yang besar. Apalagi Bandung adalah kota dengan pengguna twitter nomor empat terbanyak di dunia.

Selain itu menurut JSI, sosialisasi pasangan usungan PKS dan Gerindra tersebut dinilai aktraktif lewat tayangan video. Model kampanye seperti itu tidak banyak dilakukan calon lain secara gencar. Jelas, media sosial turut memberikan pengaruh yang besar.

Pada masa awal jabatannya sebagai Wali Kota pun, Kang Emil―begitu ia biasa disapa―menginstruksikan kepada seluruh jajaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan pejabat di lingkungan Pemerintah Kota Bandung untuk memiliki akun Twitter.

Pada mulanya, kebijakan ini dianggap aneh dan kontraproduktif. Di tengah banyaknya pekerjaan yang harus dituntaskan, ia malah mengeluarkan instruksi tentang akun Twitter ini. Bukan rahasia, sebagian orang memang menganggap jejaring sosial seperti Twitter ini hanya untuk main-main.

Lewat Twitter Kang Emil aktif menyosialisasikan gagasan, kegiatan, serta program-program yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung. Sebut saja misalnya Fundays. Hari-hari menyenangkan (fundays) di Bandung ini merupakan bagian dari program peningkatan indeks kebahagiaan warga kota Bandung. Dimulai dari Senin Gratis Naik Damri (bagi pelajar berseragam, yang kemudian ditambah dengan hari Kamis), Selasa Tanpa Rokok, Rebo Nyunda, Kamis Inggris, hingga Jumat Sepeda.

Hingga kini twitter Ridwan Kamil diikuti oleh 1,16 juta akun. Dan setiap twit yang dibuatnya paling tidak selalu di re-tweet oleh puluhan hingga ribuan followersnya. Sampai-sampai kumpulan kicauannya di twitter dibukukan dengan judul “Twitter Power Ridwan kamil”. Penulisnya adalah Maulana Yudiman, eks wartawan majalah SWA, dan Muhammad Sufyan, seorang dosen komunikasi yang juga eks jurnalis teknologi informasi.

Dikutip dari detik.com, berdasarkan hasil pemantauan Indonesia Indicator (I2), Walikota Bandung Ridwan Kamil tercatat sebagai walikota di Jawa Barat yang paling populer.
Menurut Direktur Komunikasi Indonesia Indicator (I2) Rustika Herlambang, dalam kurun waktu Maret 2014 hingga Maret 2015, Ridwan Kamil, mendapat pemberitaan terbesar dibandingkan walikota ataupun bupati se-Provinsi Jawa Barat, yakni sebanyak 7.669 dari 343 media di seluruh Indonesia, baik nasional maupun lokal.

Seluruh popularitas yang diperoleh sebanding dengan kinerja juga gebrakan-gebrakan baru dalam pemerintahannya. Diantara programnya yakni pembangunan infrastuktur, reformasi dan pelayanan publik, peningkatan index of happiness, fundays, dan PKL. Salah satu upaya perbaikan infrastuktur yakni sejuta biopori, unit reaksi cepat dan bus sekolah. Sedangkan untuk Reformasi dan Pelayanan Publik di antaranya, tempat sampah plastik ramah lingkungan, bansos online, dan lainnya.

Dari semua prestasi dan popularitasnya itu, ada kritikan yang mengatakan bahwa Ridwan Kamil hanya sekedar melakukan pencitraan atas dirinya. Hal itu dilihat dari  seringnya ia mengupload foto dirinya saat melakukan kegiatan di media social.

Terlebih saat pelaksanaan peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) pada bulan April 2015 lalu yang diselenggarakan dengan mewah, menghabiskan dana hingga 10 Miliar. Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dinilai memanfaatkan Konferensi Asia Afrika (KAA) sebagai ajang pencitraan politik dirinya. Beberapa pengamat menilai KAA dapat menjadi batu loncatan Ridwan melangkah ke jenjang politik yang lebih tinggi.

Direktur Cyrus Network Hasan Nisbi berpendapat pria yang sukses membangun karier sebagai arsitek tersebut sengaja menjadikan KAA sebagai panggung politik. Menurut pendapatnya, Ridwan memanfaatkan ajang internasional itu untuk menaikkan tingkat popularitasnya di mata publik. Ridwan Kamil pun dinilai terlalu fokus menata pusat kota, membangun taman, sedangkan daerah lainnya dibiarkan. Program yang dijalankan sebagian besar dinilai terjebak dalam kegiatan yang hanya bersifat ceremonial tanpa strategi jangka panjang.

Berbicara tentang pencitraan, lalu apa sebenarnya arti dari pencitraan tersebut? Menurut KBBI, pencitraan berakar kata citra, berarti gambaran diri yg ingin diciptakan oleh seorang tokoh masyarakat.  Sedangkan Frank Jefkins (Soemirat & Adrianto, 2007:114) memberikan definisi atau pengertian citra sebagai kesan seseorang atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamannya, Politik pencitraan adalah politik yang dibuat untuk menggambarkan seseorang, pejabat, partai, ormas, adalah baik atau buruk. Politik pencitraan positif digunakan untuk mengangkat elektibilitas diri dan golongannya sedangkan pencitraan negatif  untuk menjatuhkan musuh/lawannya.

Terlepas dari semua penilaian tentang pencitraan yang dilakukan oleh Ridwan Kamil, tetapi nyatanya beliau sudah membuktikan dengan kerja nyata. Program-programnya bisa dirasakan langsung dampak perubahannya oleh warga. Nilai pencitraan muncul karena popularitas yang disebabkan oleh masifnya perkembangan teknologi di abad modern. Sehingga, apapun yang dilakukan, terlebih Ridwan Kamil sebagai wali kota bisa langsung diketahui oleh massa. Massa memberikan perspektif sendiri atas apa yang dilihatnya.

Pencitraan lebih menjurus kepada kesan yang ingin dibangun tanpa adanya aksi nyata. Jika Ridwan Kamil dinilai melakukan pencitraan, berarti dia telah berhasil memberikan city branding yang bagus untuk Kota Bandung karena telah beraksi nyata bagi perubahan Kota Bandung.